Rabu, 03 Juni 2009

TMC dan Penggunaan IT dalam Kepolisian

Dengan TI, Polisi Tingkatkan Citra dan Kinerja
Ditulis pada 05 June 08 , Disadur dari majalah Biskom, Edisi Juni 2008

Direktorat Lalu lintas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, melengkapi peralatannya dengan sejumlah teknologi terbaru. Selain menggunakan 44 Global Position System (GPS), di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang rawan gangguan kemanan, juga telah dipasang kamera pengintai (CCTV) sebanyak 50 unit. CCTV ini bisa digerakkan 360 derajat.
“Semua peralatan itu difungsikan oleh masing-masing 16 orang petugas traffic management center (TMC) dalam satu shift, yang dibagi dalam tiga shift selama 24 jam,” ungkap Koordinator TMC, Komisaris Polisi, Sambodo Purnomo Yogo. Dengan menggunakan fasilitas yang cukup lengkap di TMC, baik informasi mengenai registrasi kendaraan bermotor, pelanggaran, kecelakaan lalu lintas dan lainnya, masyarakat dapat terbantu.
Berikut petikan wawancara dengan mantan Kapolsek Bekasi Timur (2003) yang merupakan lulusan Akademi Kepolisian Semarang (1994) dan pernah menjadi dosen Manajemen Lalu Lintas di STMT Trisakti (2007) ini.
Sejauh mana pemanfaatan teknologi informasi (TI) di kepolisian?
Masyarakat sekarang adalah masyarakat berbasis TI dan membutuhkan pelayanan yang disebut ‘Quick Respond Time’. Jadi, kalau polisi tidak berupaya untuk meningkatkan dirinya dengan TI, secara otomatis akan tertinggal oleh jaman. Sementara tuntutan masyarakat terhadap kinerja polisi semakin tinggi. Saya pikir semua fungsi di kepolisian sudah harus berbasis TI seperti lalu lintas, reserse, intel, narkoba dan sebagainya. Kami di lalu lintas, sudah online dengan agen tunggal pemegang merek (ATPM), sehingga Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) sudah cetak printer, tidak lagi dengan tulis tangan.
Bisa Anda jelaskan tentang TMC sendiri dan bagaimana anggarannya?
TMC berdiri sejak tahun 2005, waktu itu masih di gedung Lantas Pancoran dan baru pindah ke Polda bulan Maret 2007. Bagi polisi, TCM sendiri merupakan sarana K3i (Komando, Kendali, Koordinasi dan Informasi). Artinya, segala macam kegiatan operasional lalu lintas itu dikendalikan dari pusat komando TMC ini. TMC tetap baik untuk mengurangi persoalan di jalan raya. Di TMC ada 25 komputer, 3 call center dan proyektor teknologi tinggi. Dan, anggarannya cukup besar untuk membangun TMC ini.
Bagaimana cara kerja di TM C sendiri?
Kami memonitor adanya gangguan keamanan di wilayah seputar Jakarta dengan CCTV. Monitor di ruang TMC terus online, dan menunjukkan tayangan dua gambar. Yang satu menunjukkan situasi arus lalu lintas di kawasan A, termasuk adanya jenis gangguan keamanan. Tayangan yang lain memperlihatkan peta penuh titik lokasi yang berasal dari sinyal kendaraan patroli polisi yang dilengkapi GPS atau Sistem Informasi Geografis (GIS/Geographic Information System), serta sejumlah lokasi pos polisi. Karena semua sudah saling terkoordinasi, maka bantuan ke daerah kejadian akan segera ditangani.
Selain kejadian yang biasa terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas, hal apa lagi yang biasanya juga rawan untuk segera ditangani?
Kehadiran TMC memang punya manfaat lain, seperti memantau lokasi genangan air dan pohon tumbang, mengingat cuaca sekarang ini sedang tidak menentu. TMC juga bisa mengidentifikasi nomor kendaraan bermotor dan data seluruh kendaraan yang ada di wilayah hukum Polda Metro.
Hal ini dimungkinkan karena TMC sudah terintegrasi dengan seluruh kantor Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (Samsat) di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dengan demikian polisi tak perlu lagi menghubungi kantor Samsat. Data pemegang Surat Izin Mengemudi (SIM) pun bisa diakses dari TMC. Jadi kalau pemegang SIM-nya sering melanggar, polisi bisa cepat mencabut SIM.
Apa dasar tebentuknya TMC ini dan apakah kita mencontoh negara luar?
Kehadiran TMC digagas sejak tiga tahun lalu. Kami belajar dari pengalaman Belanda, Singapura dan Jepang. Sistem ini bukan hanya mampu meningkatkan pelayanan masyarakat dan kontrol terhadap para petugas di lapangan, tetapi juga mampu memperbaiki citra polisi, karena dengan adanya TMC, jumlah polisi atau petugas terkait lainnya di jalan bisa dikurangi ke titik terendah. Keadaan ini tentu akan memperbaiki citra polisi dan aparat terkait lainnya. Prinsipnya, kini kian sedikit petugas di jalan, namun justru kian menguat kesan kota aman dan tertib di balik kerja polisi dan aparat lain yang tak tampak.
Adakah akibat negatif dari pengurangan petugas patroli di jalan raya?
Betul, pengurangan polisi di jalan raya masih membutuhkan proses lebih panjang dibandingkan yang dibutuhkan oleh negara-negara maju. Hal ini disebabkan masyarakat kita sebagian besar belum sadar hukum. Oleh karena itu penggunaan jaringan CCTV yang dikendalikan TMC, belum sepenuhnya mengurangi kehadiran polisi di jalan, terutama di hari-hari sibuk. Misalnya saat hari raya dan sebagainya. Saat ini, masyarakat kita taat kalau ada polisi. Meski demikian, kehadiran TMC sudah pada tingkat harus ada di Jakarta, karena tingginya penduduk, tingginya mobilitas warga, dan bertambahnya kendaraan yang tidak seimbang dengan pertambahan jalan.
Animo masyarakat sendiri?
Wah, luar biasa. Setiap hari, kami mendapat keluhan, informasi, atau masukan dari rata-rata 2500 orang. Selama Januari-Desember 2007, tecatat 649.234 laporan diterima lewat SMS (Short Massage Service) 1717. Sebanyak 96.051 laporan, masuk lewat telepon bebas pulsa 112. Sebanyak 8.320 informasi masuk lewat situs www.lantas.metro.polri.go.id, sedang 4.101 informasi, masuk lewat Radio Suara Metro, Polda Metro, sementara 346 laporan masyarakat lainnya masuk lewat faksimili 5709247.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar