Rabu, 03 Juni 2009

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN MEDIA MASSA

MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN MEDIA MASSA
GUNA MENCIPTAKAN OPINI PUBLIK YANG POSITIF TERHADAP POLRI

By : SAMBODO PURNOMO YOGO, SIK, MTCP


I. PENDAHULUAN
Opini publik yang terbentuk di masyarakat belakangan ini harus diakui kurang begitu menggembirakan. Pencitraan positif yang dibangun sebagai komitmen menuju profesionalisme polisi, ternyata sering “dikotori” oleh ulah oknumnya sendiri sehingga polisi didera vonis yang negatif. Buruknya citra polri tersebut tercermin dari hasil survey Transparency International Indonesia (TII) menyatakan, kepolisian menjadi institusi dengan tingkat suap tertinggi. Menurut Manajer Riset dan Kebijakan Transparency, Frenky Simanjuntak, praktek penyuapan di kepolisian mencapai 40 persen. Jumlah ini dihitung berdasarkan rasio total transaksi responden dan pelaku bisnis terhadap institusi kepolisian dengan transaksi suap rata-rata mencapai Rp 2,3 juta.
Berbicara tentang opini publik terhadap Polri apakah positif atau negatif, tentunya tidak hanya tergantung kepada bagaimana Polri dalam pelaksanaan tugasnya selalu profesional dan sesuai harapan publik, akan tetapi juga tergantung pada bagaimana publik menerima informasi tentang apa yang telah dilakukan Polri dan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai Polri dalam pelaksanaan tugasnya.Disisi lain, opini publik yang positif sangat diperlukan institusi Polri dalam menjalankan tugas pokoknya, hal ini dikarenakan opini publik yang positif akan membentuk citra Polri yang positif pula, yang pada akhirnya dapat berakibat meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
Media massa sebagai salah satu pembentuk opini publik sangat berperan dalam proses pembentukan citra. Melalui media massa bisa didisain proses pembentukan opini publik, sehingga hal-hal positif yang sudah dilakukan Polri bisa diketahui masyarakat. Efek yang diharapkan adalah munculnya apresiasi masyarakat terhadap Polri.
Mengacu pada ilustrasi tersebut, maka permasalahan dalam tulisan ini adalah: “bagaimanakah membangun opini publik yang positif terhadap Polri melalui komunikasi efektif antara Polri dan media massa? Pokok persoalan sebagai acuan dalam membahas permasalahan tersebut adalah:
1. Apakah yang dimaksud Opini Publik serta bagaimana keterkaitannya dengan peran Media Massa?
2. Apakah yang dimaksud Komunikasi Efektif, dan bagaimana aktualisasinya dalam membangun interaksi antara Media Massa dan Polri guna menciptakan opini publik yang positif?

II. PEMBAHASAN
1. Opini Publik dan Peran Pers / Media Massa
Dalam pasal 1 Undang – Undang no 40 Tahun 1999 tentang Pers disebutkan bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Pers mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. (Pasal 3 UU No. 40 Thn 1999)
Pers / Media massa sebagai ruang publik memiliki peran sebagai wahana informasi dan sebagai ruang masyarakat untuk memperoleh informasi, hal ini sejalan dengan pendapat Harsono (2004) dalam Adiwinoto (2007) yang menyatakan bahwa : “Media massa cetak dan elektronik merupakan ruang masyarakat untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan kehidupan sosialnya”.
Melihat pemahaman tersebut di atas nampak bahwa media massa memegang peranan penting dalam membentuk Opini Publik. Karena informasi yang disajikan oleh media massa kepada publik, terlepas apakah berita tersebut benar sesuai fakta atau hanya pendapat seseorang atau wartawannya saja, akan memberikan pengaruh pada pembentukan opini publik terhadap yang diberitakan/ disampaikan.
Opini publik adalah unsur-unsur dari pandangan, perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu. Menurut John Dewey, “Public is about the what of belonging to the people; relating to, or affecting, a nation, state, or community; opposed to private. (Publik adalah tentang apa yang dimiliki oleh orang orang : hubungan, perasaan/ emosi, bangsa atau suatu komunitas.
William L. Rivers dan kawan-kawannya (Rivers 2003:ix) mengatakan bahwa pada dasarnya, kondisi di dunia nyata mempengaruhi media massa, dan ternyata keberadaan media massa juga dapat mempengaruhi kondisi nyata dunia. Hal ini dikarenakan isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial.
Peran media dalam membentuk opini publik semakin terbuka lebar sejak era reformasi dimana kebebasan Pers mengarah terjadinya liberalisasi Pers sehingga informasi yang disampaikan kepada masyarakat cenderung tidak objektif, karena sudah mulai adanya muatan dan kepentingan terutama dari pihak media/Pers, bahkan muncul Pameo/istilah “ Bad News is Good News”.

2. Konsep Komunikasi Efektif
Komunikasi pada prinsipnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran tersebut bisa merupakan gagasan, informasi, opini dll . Teori Komunikasi yang paling terkenal adalah Laswell yang mengatakan bahwa proses komunikasi menyangkut “who says in what channel to whom with what effect”.
Dari definisi tersebut, terdapat unsur – unsur komunikasi yaitu:
- Siapa yang mengatakan (who) disebut sebagai sumber atau komunikator
- Apa (what ) disebut sebagai pesan
- Kepada siapa (to whom) disebut sebagai penerima atau komunikan
- Dengan cara bagaimana (how / in what chanel) disebut sebagai media.
- Dengan tujuan apa (in what effect) disebut sebagi tujuan
Bungin (2006) membagi tujuan komunikasi dalam 4 hal yaitu, Perubahan sikap (attitude change), perubahan pendapat (opinion change), perubahan prilaku (behaviour change), perubahan sosial (social change). Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan suatu komunikasi yang efektif. Hal itu sesuai dengan pendapat seorang sarjana komunikasi, Emerson, ”Komunikasi yang dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan oleh komunikator adalah komunikasi yang dikatakan efektif”.
Dilihat dari jenis komunikasi dalam masyarakat, Komunikasi Polri dengan pers / media massa adalah termasuk dalam komunikasi massa. Mc Quil (1994) dalam Bungin (2006) menyatakan bahwa ada beberapa ciri – ciri komunikasi massa yaitu sumbernya adalah organisasi formal, pengirmnya adalah profesioanl, bersifat impersonal dan pesannya beragam serta mempunyai nilai jual.

3. Membangun Komunikasi Efektif antara Polri dan Media Massa
Polri sebagai organisasi publik sangat rentan dengan adanya opini publik yang subyektif. Kerentanan ini dikaitkan dengan eksistensi Polri dalam tugasnya selalu bersentuhan dengan masyarakat. Kondisi ini yang mengharuskan Polri menjalin interaksi sinergis dengan Media Massa yang diposisikan sebagai kepanjangan suara organisasi organisasi.
Komunikasi yang efektif antara Polri dan Media Massa berarti Polri mampu untuk mempengaruhi Media Massa agar mempunyai sikap, pendapat, perilaku dan persepsi yang sesuai dengan yang diinginkan oleh Polri. Bila Media Massa sudah dapat dipengaruhi maka diharapkan pemberitaan yang muncul akan positif dan pada gilirannya akan menimbulkan opini publik yang positif terhadap Polri.
Untuk membangun Komunikasi Efektif maka komunikan (penerima pesan) dalam hal ini media massa harus percaya terhadap komunikator (pengirim pesan), dalam hal ini adalah Polri. Kredibilitas Polri menjadi modal utama agar komunikasi Polri dengan media Massa menjadi efektif. Namun kredibilitas bukan hal yang mudah. Hal ini bisa hilang ketika “komunikator”(Polri), “pesan” dan “media” yang digunakan dianggap tidak kredibel dan tidak dipercaya oleh komunikan (media massa).
Oleh sebab itu beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Komunikator (Polri)
Komunikator harus orang yang tepat dan kredibel untuk menyampaikan pesan. Selain pejabat khusus bidang Humas Polri, para pejabat Kepolisian baik Polsek, Polres, Polda maupun Mabes, pada dasarnya adalah ornag – orang yang dipercaya oleh media untuk menyampaikan suatu Pers realease.
b. Pesan yang disampaikan.
Berita yang disampaikan harus tepat waktu, tepat sasaran, akurat dan benar. Walaupun dalam penyampaian informasi, Polri harus menyadari munculnya suasana dilematis yaitu : “yang benar tidak semuanya disampaikan, tetapi yang disampaikan harus benar”. Hal ini menjadikan komunikasi Polri harus dirancang secara tepat dan akurat agar transparansi dan akuntabilitas bisa diterima masyarakat, namun tidak merugikan Polri.
c. Media yang digunakan
Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam menyampaikan berita / pesan yaitu:
- Komunikasi melalui bahan cetak atau tulisan, contoh; Laporan, Press release.
- Komunikasi melalui peralatan elektronik, contoh; E-mail, Konferensi jarak jauh dengan menggunakan satelit, Faksimile, Website (situs) di internet.
- Komunikasi secara berhadapan atau face to face, contoh Wawancara, konferensi pers, lobbying.
d. Komunikan (Media Massa)
Kemitraan harus terus dibangun dengan pihak media melalui
- Membuka Akses Informasi bagi Media.
Akses informasi yang dibuka bagi media dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung dengan memperhatikan ketentuan informasi yang benar dan akurat dengan tidak merugikan kepentingan institusi Polri
- Kesetaraan dan Kesejajaran dalam Berkomunikasi.
Polri sebagai institusi yang harus bertanggung jawab kepada publik harus menyampaikan berita secara benar, akurat dan tepat sedangkan media sebagai penyampai informasi meskipun merdeka dan bebas tetap harus bertanggung jawab
e. Tujuan (Effect)
Effek yang diharapakan adalah media mempunyai sikap dan persepsi yang sama dengan Polri, sehingga berita – berita yang diturunkan akan mengangkat opini publik terhadap Polri yang baik dimata masyarakat. Dengan opini yang baik maka kepercayaan masyarakat terhadap Polri akan meningkat.

III. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Opini publik adalah perspektif masyarakat spontan yang mempunyai kepentingan terhadap individu atau kelompok. Media Massa meruapakn ruang publik untuk mendapatkan informasi sehingga pada dasarnya, opini publik merupakan produk Media Massa.
b. Komunikasi efektif tercipta manakala komunikasi dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan oleh komunikator .
c. Komunikasi efektif yang terjadi antara Polri dengan Media Massa akan mendorong terjadinya suatu simbiosis mutualisme yang pada akhirnya masing-masing institusi akan bekerja secara profesional sesuai kompetensi yang dimiliki. Sinergitas ini akan mendorong organisasi Polri dalam mewujudkan visi dan misinya melalui opini publik yang positif dan berimbang.

2. Saran/ Rekomendasi
a. Divisi Humas Polri harus melakukan peningkatan kemampuan individu dan empowering (pemberdayaan organisasi) secara berkesinambungan untuk mencapai Profesionalitas kehumasan.
b. Polri perlu merekrut sarjana komunikasi/ publikasi untuk mendukung upaya optimalisasi fungsi Humas dalam pengelolaan dan penyampaian informasi kepada publik
c. Polri perlu membuka akses bagi publik untuk emeperoleh informasi dengan tetap memperhatikan kepentingan organisasi dan pelaksanaan tugas Polri.

1 komentar: